1. Kenali diri, evaluasi, dan jalin komunikasi agar kamu dan dia bisa sama-sama membatasi kekhawatiran yang ada
Hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah mengenali dirimu lebih dalam lagi guna mencari tahu hal-hal apa saja yang menjadi kekurangan dan kelebihan untuk kemudian kamu mengevaluasinya. Anggap saja kamu berusaha mengintrospeksi dirimu untuk jadi lebih baik lagi. Setelah tahu lebih jauh tentang dirimu, cobalah untuk mengomunikasikannya dengan pasanganmu.
Tak salah jika kamu memintanya melakukan hal yang serupa, agar kalian bisa sama-sama menjalin komunikasi untuk membatasi segala kekhawatiran yang ada jelang pernikahan. Dengan komunikasi itu juga kalian bisa membicarakan banyak hal untuk saling menguatkan dan meyakinkan satu sama lain.
2. Saling menghargai perbedaan yang ada dan menerima segala kekurangan juga tentu harus kamu lakukan.
Menyatukan dua pribadi yang berbeda jelas bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan, terlebih jika kamu dan dia memiliki banyak perbedaan yang begitu bertentangan. Berangkat dari alasan itulah kamu dan dia harus bisa sama-sama menghargai perbedaan satu sama lain.
Tak hanya bisa menghargainya, kalian juga harus bisa menerima segala bentuk kekurangan yang ada di dalam diri masing-masing. Ketika kamu dan dia sudah bisa saling menerima segala bentuk perbedaan dan kekurangan yang ada, maka bukanlah menjadi hal yang susah untuk kalian hidup bersama dan bahagia berdua.
3. Pahamilah jika dengan menikah kamu dan dia harus siap menerima segala kondisi, tak sebatas pada kesenangan saja.
Kamu harus memahami jika keputusanmu untuk menikah, secara otomatis kamu dan dia harus bisa menerima segala kondisi yang ada. Alasannya sederhana, karena tak mungkin hidup yang kamu jalani selalu ada di garis tenang dan senang.
Akan ada banyak kerikil yang datang menemani perjalanan hidupmu bersama dia. Itulah yang membuatmu harus siap menerima segala bentuk kondisi yang akan datang menerpa. Ingatlah karena tak melulu senang yang akan kamu genggam dan saling menguatkan satu sama lain adalah hal yang perlu dilakukan kelak .
4. Setelah menikah, kamu tak lagi boleh memelihara ego dan emosi. Keharmonisan dan keutuhan rumah tangga adalah segalanya.
Kalau sebelumnya kamu adalah pribadi yang emosional dan selalu mengedepankan egomu, mulai saat ini cobalah untuk perlahan memperbaikinya. Kelak, ketika kamu dan dia sudah menikah sangat jelas kalau kamu tak lagi boleh memelihara kedua hal tersebut.
Keharmonisan dan keutuhan rumah tanggamu bersama dia adalah segalanya yang patut kamu pertahankan. Jika kamu masih memiliki dua sifat buruk itu, bukan tak mungkin jika hubungan pernikahan kalian menjadi sebuah persoalan yang bisa perlahan menghancurkan.
5. Keputusan menikah harus diikuti dengan kesiapan untuk menyejahterakan keluarga, karena bekal cinta saja tak akan cukup untuk menghidupi semua.
Jelaslah bekal cinta yang kamu punya tak akan pernah cukup untuk menghidupi kebutuhan kamu dan dia. Maka dari itu keputusanmu untuk menikah haruslah diikuti dengan kesiapanmu untuk bisa menyejahterakan keluargamu. Mulailah memperhitungkan bekal masa depan dan tabungan-tabungan yang harus kamu miliki untuk bertahan bersama-sama.
6. Kamu juga harus bisa menerima kalau kebebasanmu akan hilang setelah menikah dan kamu pun harus menyiapkan diri untuk menjadi orangtua bagi anak-anakmu.
Kebebasan yang kamu miliki jelaslah akan hilang ketika kamu sudah menjadi seorang pendamping hidup bagi pasanganmu. Hal itu terjadi lantaran kamu akan mengemban kewajiban untuk megurus rumah dan dia yang menunggumu untuk segera pulang.
Tak cukup sampai di situ saja, kamu juga perlu menyiapkan diri untuk menjadi orangtua bagi anak-anakmu nanti. Oleh karena itu, kamu sangat perlu untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi agar kelak anak-anakmu bisa mendapatkan guru yang terbaik dari kamu dan pasanganmu.